TEMPO.CO, Jakarta - Memanjat menara Base Transceiver Station (BTS) bukan hal rumit bagi Dian Siswarini. Sejak kuliah di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung, ia tahu betul suatu hari nanti bakal bergelut di industri telekomunikasi.
Bermula menjadi Radio Engineer di PT Exelcom (sebelum berganti nama menjadi XL) dan pengalaman sebelumnya menangani teknis jaringan di PT Satelindo, membuat Dian semakin bersemangat. Dinamika dan ritme kerja yang serba cepat membuatnya tertantang, meski ia sadar saat itu banyak yang menyebut pekerjaan ini dikuasai oleh laki-laki. "Butuh kesiapan daya saing untuk mengikuti perubahan, spirit inovasi, kesinambungan adopsi teknologi, dan kebutuhan investasi yang terus-menerus," ujarnya kepada Tempo, Rabu lalu.
Terus melompat dari ‘menara’ ke ‘menara’, Dian semakin memahami karakter industri ini. Perusahaan mulai mengangkatnya sebagai Vice President Network pada 2007. Dian bertanggungjawab memastikan seluruh jaringan XL beroperasi optimal agar bisa bersaing dengan operator lain.
Dialah yang menjalankan kebijakan penurunan harga hingga 90 persen (minute factory). Strategi ini menyulap XL menjadi operator telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia, dengan pangsa pasar 20 persen dari sebelumnya hanya 11 persen.
Tak puas membenahi jaringan, Dian mencoba kemampuannya di layanan digital. Hasilnya, ia melahirkan sistem pembayaran dan iklan digital mobile money dan mobile advertising. "Saat itu, saya turut mengembangkan layanan e-commerce termasuk melahirkan anak perusahaan Elevenia," kata dia.
Selanjutnya : Ditunjuk sebagai Chief Executive Officer